Masa Transisi, apakah kedewasaan diukur dari jumlah umur yang dijalani??



Kali ini saya ingin membahas beberapa hal penting yang membawa saya pada peristiwa yang saya rasa merupakan bekal untuk mencapai kedewasaan sebenarnya. Sebelum itu, saya ingin bagikan sudut pandang tentang apa kedewasaan sebenarnya tadi, bagi saya “Kedewasaan” merupakan kondisi yang dialami seseorang dimana dirinya sudah dapat memutuskan segala sesuatu yang memberi keuntungan bagi dirinya dan tidak mengganggu kepentingan orang lain secara konsisten, dapat merespon setiap keadaan yang terjadi dengan atau tanpa intervensi pihak/orang lain dan membuat keadaan tersebut berubah menjadi kebaikan terutama bagi orang lain pula. Peristiwa pertama yang ingin dibagikan yaitu ketika akhirnya harus tinggal satu atap dengan 4 teman yang sebelumnya sudah saya kenal di pertengahan tahun 2015. Di awal-awal kebersamaan kami, rumah yang ditinggali seakan lebih “hidup” dengan intensitas komunikasi yang kami jalani, kerap makan bersama, melakukan kegiatan bersama semacam berenang, futsal, nonton bola , dan lainnya, namun di pertengahan rasanya ada kegelisahan dari kami masing-masing terhadap satu sama lain yang masih tertahan di pikiran, si A membicarakan keburukan si B kepada si C, si C membicarakan keburukan si D kepada si A, dan demikian seterusnya. Hal ini menyadarkan saya bahwa “hidup berdampingan dengan 1 orang lain atau lebih secara terus menerus akan membuka persepsi sangat luas terhadap satu sama lain, dan hal tersebut sangat menyakitkan apabila mengetahui bahwa seseorang yang selama ini dianggap “nyaman-nyaman saja” ternyata karakternya menjengkelkan.” Dari pengalaman tersebut saya mendapat dua point yang saya rasa akan menjadi bekal menuju kedewasaan sebenarnya, yang pertama yaitu penilaian terhadap seseorang akan benar-benar memiliki keakuratan maksimal apabila saya tahu setiap kebiasaan dan tingkah laku sehari-hari seseorang tersebut. Jadi, jika kamu merasa sifat seseorang sangat menjengkelkan dan kamu menyimpulkan bahwa seseorang tersebut sudah tidak layak dianggap sebagai manusia normal maka berpikirlah kembali, apakah kamu sudah mengetahui secara utuh siapa dirinya sampai akar-akarnya, jika belum, maka perluaslah persepsimu, jangan berpikir sempit dalam menilai seseorang. Lalu point kedua ialah bahwa kehidupan berdampingan dengan orang lain sekalipun ‘dia’ adalah orang yang dikagumi itu tidak selamanya menyenangkan seperti cerita asmara yang selalu dibayangkan setiap orang. Disaat mengetahui siapa sebenarnya seseorang yang sebelumnya saya anggap “aman” dan ternyata “tidak sama sekali”, itu sangat menyakitkan. Sehingga setelah sadar akan hal ini, bagi saya yang sedang menjomblo, ini merupakan keuntungan, karena dalam status lajang, setidaknya saya tidak harus pusing untuk menerima ketidak cocokan pasangan yang pasti rasanya mengesalkan.
Beralih ke peristiwa lainnya, yaitu munculnya rutinitas baru yang beragam dan menghabiskan banyak waktu. Saat ini saya sedang menjalani rutinitas sepakbola yang saya mulai sejak akhir bulan Februari, di setiap sore hari Senin, Rabu, Jum’at, dan Sabtu saya bersama dengan satu kawan bersama menuju ke daerah Kedonganan, Kuta untuk berlatih dengan tim sepakbola yang dikelola oleh satu yayasan nonprofit. Saya menganggap ini adalah kesempatan yang luar biasa, tanpa biaya sedikitpun saya dapat leluasa untuk menggunakan fasilitas lapangan sepakbola berkuliatas tinggi yang disediakan, mendapatkan pelatihan teknis, dan juga relasi yang memberi peluang menuju karir professional, saya rasa akan sangat bodoh apabila hal ini dilewatkan, terlebih kegiatan ini berguna untuk mengasah potensi saya di bidang olahraga dan kebugaran, namun ketika saya diperhadapkan dengan perkuliahan yang cukup menuntut waktu dalam menyelesaikan beberapa tugas kelompok dan individu, sepertinya saya gagal dalam mengelola waktu. Ditambah lagi ada rutinitas baru di gereja yang diadakan setiap senin malam yang sangat riskan apabila saya lewatkan, di satu sisi rutinitas baru ini memberi alternative agar waktu yang dimiliki tidak terbuang sia-sia di kamar, namun disisi lain waktu yang dimiliki untuk beristirahat atau meluangkan waktu dengan kerabat seperti biasanya menjadi hilang. Dari kondisi ini, saya mendapat point penting bahwa pembagian persentase prioritas itu sangat penting dalam strategi mencapai target baik dalam target jangka pendek maupun jangka panjang, mungkin saya tidak perlu menjabarkan target-target apa saja yang dimiliki, namun dengan kondisi saat ini yang diisi dengan rutinitas baru, saya akan lebih memprioritaskan perkuliahan, kemudian fokus pada kesehatan dan keterampilan yang ada (sepakbola dan musik), sisanya dikonsentrasikan pada relasi pertemanan dan beberapa usaha sampingan untuk menambah tabungan.
Dari beberapa peristiwa yang baru saja dibahas, saya yakin bahwa hal serupa bisa jadi kerap dialami oleh orang-orang lainnya, namun yang terpenting ialah respon, respon yang dimunculkan menjadi penentu apakah persitiwa tertentu dapat menjadi manfaat yang baik bagi diri sendiri atau tidak. Maka dari itu, apakah kedewasaan sebenarnya diukur dari jumlah umur yang dijalani? Saya rasa, umur memang mempengaruhi, karena dengan umur yang lebih panjang otomatis seseorang berkemungkinan memiliki banyak sekali pengalaman-pengalaman yang beragam dan mempengaruhi kualitas dirinya. Namun, saya lebih condong menganggap bahwa kemampuan dan kepekaan respon seseorang terhadap satu peristiwa penting dalam hidupnya lah yang akan membawa seseorang kepada progres peningkatan kualitas diri dan kedewasaan sebenarnya, seseorang patut untuk sensitive dalam menjalani peristiwa-perisitiwa yang sangat berpengaruh bagi dirinya, dan secara langsung progres-progres yang dimiliki akan membentuk kedewasaan yang sebenarnya. Jadi tak perlu menunggu hingga usia dianggap matang untuk menjadi dewasa, cukup menjadi orang yang “tajam” dalam menyikapi segala hal yang terjadi, haus untuk mengetahui pengalaman-pengalaman yang telah dilewati orang lain, belajar dan banyak berpikirlah untuk mendapat terobosan baru untuk memecahkan suatu masalah, ciptakan prinsip-prinsip dan pola pikir sendiri, maka kamu dapat menjadi orang yang dapat berdiri dalam kondisi apapun.
Pada intinya, andalkanlah Tuhan, hidupi Kehidupan Kristus, maka semuanya akan luar biasa baik.

A b c
C d a
C e a
A c b
E c a
Apaan tuh ya yang di atas??? :D

7 comments: