Yang saya tahu tentang kehidupan selama berjalan 19 tahun ini


Kehidupan mengacu pada segala sesuatu yang ada dalam diri seseorang selama dirinya masih bernafas, maka untuk saya kehidupan sepatutnya dihargai sebagai sesuatu yang berharga, karena tidak seorang pun tau kapan dirinya harus berhenti atas kehidupannya, bukankah begitu? Lantas apakah kehidupan itu menuntut sesuatu? Bagi saya "Iya", kehidupan menuntut pertanggungan jawab bagi siapapun yang memilikinya. Ibaratnya sebuah beban yang dipikul pada bahu untuk diantar ke suatu tempat, begitu juga kehidupan, dilalui dengan tenaga, pikiran dan perasaan kepada suatu tujuan, baik itu kesuksesan, kesehatan, kedamaian , dan berbagai macam lainnya. Nah, sekarang apakah pertanggungan jawab yang baru saja saya katakan telah tuntas dipenuhi? Saya rasa belum, karena hanya pada saat kita berhenti bernafas lah maka dapat diketahui apakah pertanggungan jawab seseorang telah dipenuhi atau tidak.
Kehidupan yang saya alami tidak jauh berbeda dengan yang orang banyak alami. 19 tahun telah saya rasakan hingga saat ini, dan bila saya harus menyimpulkan mengenai apa tanggapan saya terhadap masa 19 tahun yang telah lewat, "cukup menyenangkan" , hanya itu. Setidaknya dengan ucapan tersebut akan muncul pendapat bahwa hidup yang saya alami bisa jadi aman-aman saja atau mungkin malah berkelimpahan dengan banyak berkat dan keberuntungan. Tapi saya mau menegaskan bahwa mungkin bila orang yang "sekularis" akan menggolongkan kehidupan saya sebenarnya ke dalam golongan "cukup semerawut" , bukan "cukup menyenangkan" seperti yang saya simpulkan sebelumnya. Mengapa? 
Ya, kehidupan saya cukup semerawut, 13 tahun saya lewati dengan menempuh jenjang pendidikan taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas dari umur 5-18 tahun, dan saya rasa pengalaman dan pengajaran baik secara independen maupun melalui bantuan orang tua dan guru membantu saya menemukan jati diri saya sebagai seorang Reinhard Leonardo, si Anak "Sok" Rohani yang kerap menceramahi kerabat dengan nasehat-nasehat religi, dengan perawakan yang tegap, segar dan sehat, namun memiliki kelemahan khususnya dalam menjaga relasi khusus dengan lawan jenis. 13 tahun yang penuh dengan kesemerawutan, baik dalam relasi pertemanan, dalam membuat keputusan, dalam pencapain (Prestasi), serta dalam perilaku dan tindakan yang memaksa saya menggelengkan kepala bila sedang mengingatnya. Saya dikenal cukup nakal sejak berada pada jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama, beberapa teman saya ketika di SMA kerap menceritakan kedegilan saya kepada teman-teman lain, diantaranya berkelahi saat sedang bermain bola, memukul teman hingga giginya harus tercabut, menyiksa seorang teman di sela pergantian pelajaran dengan motif pemaksaan pelunasan pembayaran hutang, dan beberapa hal lain lagi yang saya kurang bisa terangkan secara jelas. Waw!
Saya tidak memiliki prestasi yang begitu gemilang, sepanjang 19 tahun ini saya sama sekali tidak pernah memiliki piala sebagai suatu penghargaan dalam kompetisi tertentu, adapun medali yang saya miliki, hanya didapat karena melengkapi pernak-pernik kelulusan SMP-SMA. Selebihnya saya sempat berada di urutan ke-4 dari sisi jumlah perolehan nilai rapor kelas 2 SMA, dan tidak ada lagi pencapaian yang bisa dikatakan mengesankan. Hal tersebut bisa jadi terjadi karena lingkungan pertemanan saya yang lumayan semerawut, cukup lama saya berteman dengan orang-orang yang kegiatannya tidak jelas bahkan cenderung merusak moral dan rasanya tidak begitu bagus untuk saya ungkapkan disini.  
.......

0 comments: